Fingerprint Test: Sebuah Kesalahan Konsep Istilah?
tesstifin.id – Saat ini, kita sering mendengar istilah fingerprint test sebagai upaya untuk melihat bakat dan minat seseorang. Sebenarnya, istilah fingerprint test itu lebih tepat jika digunakan istilah fingerprint analysis atau analisis sidik jari. Mengapa? Biasanya, istilah test mengesankan kemampuan yang sudah ada pada diri seseorang diuji, apakah seseorang itu mampu atau tidak?. Disamping itu, sebagai alat pengukuran, biasanya tes membutuhkan norma atau skala utnuk mendapatkan kriteria ideal. Sebagai contoh, dalam pengukuran tes IQ individu yang memiliki IQ sekitar 120 ke atas masuk ke dalam kriteria individu genius. Sebaliknya, individu yang memiliki IQ di bawah 70 masuk dalam kriteria memiliki keterbelakangan mental.
Sementara itu, dalam fingerprint, perbedaan setiap sidik jari mencerminkan keunikan setiap individu. Tidak ada kriteria bahwa jenis sidik jari tertentu merupakan sidik jari yang lebih ideal dibandingkan dengan sidik jari yang lain. Pada kenyataannya, secara genetik, antara satu individu dan individu lain tidak ada yang memiliki sidik jari yang sama. Perbedaan individu tersebut dinamakan individual differences berdasarkan bawaan genetik untuk memprediksi perilaku seseorang dalam lingkungan.
Jadi fingerprint bertujuan menganalisis individual differences yang bersifat prediksi. Tujuannya adalah memberi gambaran mengapa setiap orang berbeda di dalam mengekspresikan bakat dan minatnya, gaya belajar, daya tangkap, ketelitian, sampai trait sebagai dasar kepribadian seseorang.
Bisakah fingerprint menggantikan tes IQ?
Perbedaan area struktur otak yang berbeda memiliki konsekuensi peran dan fungsi yang berbeda pula. Hal itu juga menyebabkan perbedaan dominasi fungsi otak. Perbedaan kekuatan fungsi otak tersebut mengantarkan seseorang pada perbedaan kekuatan fungsi oltak tersebut mengantarkan seseorang pada perbedaan kekuatan inteligensia pada setiap orang.
Inteligensia tidak sama dengan IQ (intelegent Quotient). Meskipun keduanya sering dikaitkan dengan konsep kecerdasan, kedua hal itu tetap memiliki perbedaan. IQ merupakan hasil pengukuran kecerdasan yang sudah dipengaruhi oleh lingkungan, seperti latar belakang pendidikan, pola asuh, proses belajar, emosi dan motivasi.
Sementara itu, inteligensia merupakan kecerdasan dalam bentuk potensi yang belum mendapatkan intervensi lingkungan, yang dinamakan bakat. Hal itu bisa dideteksi melalui metode analisis sidik jari untuk menentukan jenis potensi bakat yang dimiliki seseorang. Sering kali, bakat merupakan wilayah potensi kecerdasan yang tersembunyi dan banyak diantaranya yang tidak bisa diukur dalam standar IQ. Oleh karena itu, kekuatan inteligensia tidak bersifat tunggal, tetapi sesuai dominansi kekuatan inteligensia yang terspesialisasi. Penelitian Horward Gardner menguak bahwa ada, sekurang-kurangnya, delapan inteligensia yang berbeda, yaitu intrapersonal, interpersonal, logika-matematika, visual-spasial, bodi kinestetik, linguistik, musikal, naturalis.
Pola pembentukan garis-garis sidik jari terbentuk sejak embrio berusia 13 minggu dalam kandungan. Saat itu, tonjolan di ujung jari, interdigital, area thenar (berhubungan dengan telapak tangan dan kaki), dan hypothenar di tangan mulai terbentuk. Formasi tersebut terlengkapi ketika janin berusia 24 minggu dan terus berkembang seiring dengan perkembangan sel saraf otak. Jumlah garis-garis sidik jari tidak akan pernah berubah setelah bayi dilahirkan karena pola sidik jari dipengaruhi oleh DNA seseorang. Jadi, pola sidik jari bersifat diturunkan dari orang tua si anak.
Otak memiliki faktor-faktor genetis yang tidak dapat diubah sehingga memiliki batas tertentu dalam menerima intervensi dari luar. Namun, otak merupakan sistem terbuka terhadap lingkungan dan itulah yang menyebabkan setiap orang unik. Artinya, secara bawaan genetis, jumlah sel saraf otak tidaklah bertambah, seperti halnya jumlah garis-garis sidik jari. Bagian yang jumlahnya berubah adalah sambungan sel saraf otak yang disebut synaps. Jumlah sel ini akan bertambah ketika otak mendapatkan stimulasi dari lingkungan ketika menyerap pengalaman, pendidikan, dan pelajaran secara terus-menerus sepanjang hayat. Sel saraf memang mengalami pertumbuhan, tetapi ia juga mengalami proses berhenti tumbuh. Sel saraf mengalami proses perampingan (pruning), bahkan jika neuron-neuron tersebut tidak terkoneksi, ia akan mengalami kematian (apoptosis).
Hal itu kita analogikan sebagai berikut. Bayangkanlah bahwa kotak gelap di sebelah kiri bawah ini menggambarkan keadaan otak bayi yang telah memiliki bentuk sempurna.
Namun, otak tersebut belum berfungsi karena belum mendapatkan rangsangan stimulasi dari lingkungan untuk berkembang. Situasi itu ibarat kota gelap yang sudah serba lengkap, tetapi belum memiliki gardu listrik untuk memberi penerangan. Perlahan-lahan, ketika otak mulai mendapatkan rangsangan cahaya, suara, atau perabaan, perlahan-lahan terjadi sambungan antar neuron. Hal itu sama halnya dengan sambungan antargardu listrik di dalam kota gelap gulita mulai menyala. Semakin banyak sambungan neuron yang terbentuk karena rangsangan, semakin terang juga sambungan gardu listrik yang menerangi kota gelap menjadi terang-benderang.
Berdasarkan hal itu, kita ketahui bahwa otak merupakan sistem yang dinamis. Cara kerja otak terwujud dari hasil interaksi antara cetak biru (blueprint) genetis dan pengaruh lingkungan sebenarnya, ketika lahir; karakteristik sistem organisasi otak (pembagian sel) sudah dalam kondisi sempurna. Namun, proses perkembangan selanjutnya sangat tergantung stimulasi lingkungan tingkat lanjut.
Apakah Fingerprint Benar-Benar Valid?
Membandingkan Psikometri dan Biometri Ibarat Membandingkan Apel dan Jeruk
Dalam analisis psikologi, banyak yang mempertanyakan perbandingan antara metode psikometri dan metode itu sama, yaitu menginterpresentasikan karakteristik kepribadian psikologis seseorang. Namun, kedua metode tersebut memiliki sudut pandang yang berbeda dalam hal pengukurannya. Oleh karena itu, membandingkan antara kedua metode tersebut memiliki sudut pandang yang berbeda dalam hal pengukurannya. Oeh karena itu, membandingkan antara kedua metode tersebut merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Variable pengukuran kedua metode tersebut berbeda; yang satu menggunkan aspek psikologis, sementara yang satu lagi menggunkan aspek biologis.
Pengukuran biometri merupakan pengukuran secara tidak langsung terhadap kondisi aspek psikologis seseorang. Dalam kaitannya dengan kondisi psikologis seseorang, pengukuran biometri memandang bahwa struktur biologis memengaruhi perilaku psikologis. Namun, kondisi psikologis aktual juga dipengaruhi adanya faktor lingkungan (nurture), bukan hanya pengaruh biologisnya (nature). Oleh karena itu, pengukuran dengan metode psikometri lebih pada pengukuran kondisi aktual. Sementara itu, pengukuran biometri, potensi baru bisa menjadi aktual ketika sudah mewujud ke permukaan luar, ketika telah menjadi bentuk perilaku yang dapat dilihat.
Namun, seharusnya pengukuran metode psikometri dan metode biometri dapat saling dikomplementasikan dan digunakan secara sinergis untuk memperoleh data referensi secara lebih lengkap dan akurat. Apapun metodenya, apapun alatnya, semua itu adalah sarana untuk pengenalan bagaimana ciri pembeda fisik dan psikologis antara satu individu dan individu lain. Hal itu bermanfaat untuk mengenal siapa diri kita sesungguhnya.
Benarkah Fingerprint Bersifat Ramalan?
Analisi sidik jari menggunakan ilmu science and research of dermatoglyphics adaalah ilmu yang mempelajari anatomi genetis pada pola sidik jari-konfigurasi ujung luar kulit jari, telapak tangan dan kaki. Dalam sejarahnya, penelitian yang berasal dari dunia Timur, khususnya negeri cina, ini telah dilakukan selama lebih dari 200 tahun. Berikut ini kutipan tentang ilmu dermatoglyphics.
Dermatoglyphics is a part of the biology, containing genetics and anatomy. Prints include loops and whorls on a finger, a palm and a foot that form and grow from a germinal layer starting from the 13th to 19th weeks in an embryo period. The fingerprint patterns are controlled by chromosomes, and geneticists have studied and proven that permutation of the prints is inherited. The number of ridges on a finger is decided by genes, which do not have dominant effect, rather than environmental influence. (DR. Harold Cummins dalam Palm, Solves, and Dermatoglyphics)
Seperti yang dijelaskan kutipan tersebut, Dermatoglyphics merupakan bagian dari ilmu biologi, yang mencakup genetika dan anatomi. Rekaman sidik jari mencakup ikal dan alur lingkaran yang terbentuk pada jari, telapak, dan kaki yang tumbuh dari lapisan germinal sejak usia 13 sampai ke minggu ke-19 dalam peiode embrio. Pola sidik jari dikendalikan oleh kromosom dan telah dibuktikan juga bahwa hal itu merupakan warisan dari genetika. jumlah pegunungan di jari ditentukan oleh gen, yang tidak memiliki efek dominan, dan bukan merupakan pengaruh lingkungan.
Dari sejarah perjalanan filsafat ilmu, biasanya ciri khas dunia pengetahuan bangsa Timur bersifat holistis, melewati pemahaman batasan kesadaran atas fakta-fakta ynag konkret. Hal itu tentunya berbeda dengan penekanan pada metode ilmiah dari dunia pengetahuan Barat. Oleh karena itu, penemuan yang sifatnya holistis agak sulit mendapatkan tempat di mata para akademisi dunia Barat.
Pada dasarnya, metode analisis sidik jari mengacu pada teori ilmiah dermatoglyphics, menggunakan metode dan sumber data ilmiah dan proses perhitungan logis. Perkembangan IT membuat metode analisis sidik jari diperkuat dengan sistem komputerisasi biometrik yang ditunjang pengujian akurasi data statistik.
Memahami metode analisis sidik jari secara utuh tidak bisa dikaji secara parsial dari satu sudut keilmuan saja. Metode ini harus melibatkan ilmu anatomi dan genetika kedokteran serta ilmu psikologi neuroscience untuk mengungkapkan hubungan perilaku dengan struktur dan fungsi bagian otak.
Metode analisi sidik jari bertujuan mengungkap potensi genetik yang bisa digunakan sebagai referensi untuk menentukan kesuksesan pada masa mendatang, bukan untuk mengetahui keadaan pada masa depan.
Sumber : tips-indonesia.com